Morning Hills


Berderet
Terenyuh tapi teduh
Kontemplatif, mirip lagu instrumen, Morning Hills dan  Sigur Ros
Maafkan aku, Nian.
Berkata tanpa fakta.
Meluruh terbias pada prespektif semu
Memburu lalu jadi abu

Temu bersamamu
Awal ucap, ungkap khilaf, lalu maaf.
Luas adalah dirimu
Sempit itu pasti aku
Usai.....

Ku tatapmu
bersanding risiko nampaknya sudah terbiasa bagimu.
Tanda manusia merangkak mekar
Mahluk di sekeliling pasti bangga. Kau sudah bisa naik motor matic sekarang

#Lagi
Aku bertemu denganmu, Nian
Tapi ini adalah yang lain.
Kau yang kekanak-kanakan.
Gemar bercerita padaku
Tentang apa yang telah kau lalui hari ini
Menyerbu rindu ditiap balas voice note
Kau yang rajin, pintar berbahasa asing
Ketulusanmu pada yang minor
Hasratmu yang melonjak bersama anak-anak
Dan malam sehabis isya yang kita karang cukup berdua saja
Tema selalu sama tapi entah kenapa tak terasa jika kita sudah lama.
Makan
Bercanda
Bertukar pikir
Puisi amatir
Dan yang selalu aku suka, mungkin sulit kulupa juga
Secangkir teh hangat yang selalu jadi pembuka percakapan ditemani kucing nakalmu
Lalu puding yang kau taruh di motorku
menemaniku menuju tempat berteduh di rantauan.
Maaf lupa
Masih ada Shubuh, bukit dan foto kita ya
Hmm......
"Aku menyukaimu...."
"Iya, aku tidak mau munafik. Aku juga..."
"Tapi,......."
"Baiklah, aku paham........"
Nian cukup tahu, kontradiksi itu tak bisa dilawan. Hanya menerima dan tertawa pura-pura. Awal yang harus diakhiri.
Terima kasih Nian.

#Belum usai
Nian, masih yang lain
Aku senang melihatmu bermain gitar lalu menyanyikan "perahu kertas"
lagu dan film yang kusuka diwaktu itu.
Kalem
Alternatif tak selalu buruk.
Jika semua macet. Nian jadi prioritas lagi. Itu pasti.
Kemeja flannel
Pemusik indie yang sama sama kita suka.
Belum kita menontonya tapi....
Dekat, nyaman tapi ada batas
Batas itu lahir dari alam
Dan alam sedang tak berpihak.
"Aku menyukaimu"
"Sebenarnya aku juga menyukaimu"
"Lalu"
"Kita tak bisa....."
"Baiklah, aku paham..." Nian lalu mengelus pundak pria itu
"Aku akan bersama pria lain, dia lama mencintaiku. Baik baik ya dirimu"
"Maaf Nian"
"Tak apa"
Kita pulang. Pelan, kecepatan 15 km/jam. Itu saat ternyaman dan perih melebur.
Makasih Nian.

#Terulang
Nian yang lain
Lulus.
Sempat bergelut bersama kata
Menyerah. Cukup jadi pecundang
Jalanan, anak-anak dan sekolah
Nian mendekat, ku pun juga
"Ayo nonton film biografi tokoh"
"Ayo"
"Ayo makan"
"Ayo"
"Tahu telor sama macaroni ya"
"Iya"
Kamu percaya gak, sama kalimat ini "yang patah tumbuh, yang hilang berganti"
"Hmmmm. dikit"
Buku itu bagus, parenting education.
Nian introvert, banyak yang suka.
"Nian suka kamu loh"
"Gimana ya masak sih....."
Waktu menekan, rasa tertahan
"Maaf sebenarnya aku sudah lama suka sama kamu"
"Makasih ya udah jujur, sebenarnya aku juga ada rasa, tapi.........."
"Baiklah, aku tidak memintamu membalas"
"Hmmmm"
"Aku paham......."
"Ini kado buatmu ya. Jangan lupa minum air putih yang banyak"

#Nian satu ini,
masih juga yang lain
Setiap jumat coba rutin nulis ke blog pribadi
Tanpa rencana, diluar agenda, mengalir seperti air. Mirip bunyi gemericik sungai. Tak bergejolak, ini bukan Tsunami yang lantas merusak
Ini mengalir, teduh-tenang, transendental.
Lingkungan amat dekat dengan Nian
Nian banyak yang cari
Banyak yang suka
Diam tapi wangi. Aneh kan ?
"Gimana rasanya"
"Sama"
" Itu kok bergetar ya tiap kali...?"
"Sinyalnya kuat kali"
"Smartphone'nya single sim?"
"Iya"
"Gak mungkin dual sim dong ?"
"Iya"
"Harus pilih brarti?"
"Iya"
"Terus?"
"Hmmmmm tunggu deh."
"Katanya mau pake sim card yang itu."
"Hmm gatau."
Baiklah, Nina, "Memilih itu mudah, pertahankan pilihan yang sulit." Kata temen sih.





Komentar

Postingan Populer