Pepeling




               Amat beruntung bagi mereka yang mampu menikmati alunan gendhing. Suara yang keluar dari alat musik tradisional, khas Pulai Jawa itu. Alat musik yang kini cukup dominan dimainkan dan dipelajari bangsa asing. Bukan bangsa kita sendiri. memang ada, namun hanya beberapa dari kita. Atau karena rendah peminat, bahkan penikmat itu sendiri. 

               Musik tak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Termasuk gendhing yang keluar dari harmonisasi sebuah gamelan. Selain membuat jiwa kembali rileks dan otak lebih segar. Juga bagian dari pelestasrian kebudayaan. Suatu bangsa dikatakan berbudaya. Sebab, mewariskan dan mempelajari kebudayaan suatu bangsa itu sendiri. turun-temurun. Juga dikembangkan. Anhar Gonggong, Sejarawan asal UI itu sempat berkata, “peradaban suatu bangsa dapat berkembang baik. jikalau  bangsa itu sendiri merawatnya, tidak apatis dan ahistoris”. Tak cukup, jika generasi penerus hanya mengadopsi cara memainkan gamelan. Perlu adaptasi, agar gamelan tetap diterima golongan milenial. Dan mendengarkan gendhing setara dengan mendengar musik folk. 

               Dulu, ketika saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Memainkan alat musik gamelan sungguh amat menyenangkan. Selain membangkitkan jiwa yang lelah. Juga peluang bagi kita terlepas dari mata pelajaran serius. Macam mata pelajaran matematika, pohon faktor. Sekolah kami cukup beruntung. Dari tiga sekolah yang berada di Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Hanya sekolah kami yang memiliki ekstrakulikuler gamelan. Hingga tak jarang, sekolah saya cukup moncer di tingkat kecamatan. Bahkan Kabupaten. Berkat ektrakulikuler unik, gamelan.

               Demung adalah salah satu jenis alat  gamelan yang saya pegang. Juga mainkan tentunya. Alat gamelan ini masuk dalam kategori “balungan”. Balungan itu sendiri terdiri dari tiga jenis, yaitu Peking (kecil), Saron (sedang) dan Demung (besar). Iya, saya spesialisasi di balungan, jenis Demung itu. Meskipun alat musik gamelan yang saya mainkan itu tergolong mudah. Beda dengan Bonang, beberapa Panjak juga mengakui jika alat musik Bonang sangatlah kompleks. Perlu kesabaran dan etos belajar tinggi, supaya cepat mahir memainkannya. Panjak itu sebutan bagi mereka yang memainkan alat musik gamelan. 

               Pepeling, judul lagu pertama yang saya mainkan bersama teman SD, kala itu. Pertama kalinya memegang gamelan dan langsung menggarap lagu dengan lirik cukup semangat tetapi menyentuh. Liriknya menjurus ke pesan moral-agamis. “Sholat iku cagake agomo, limang wektu kudu tansah dijogo, nganti istiqomah lan sing tuma’ninah, luweh sampurno yen berjamaah”. Artinya bila di terjemahkan ke Bahasa Indonesia, “ Sholat itu tiang agama, lima waktu harus tetap terjaga. Sampai istiqomah dan tuma’ninah, lebih sempurna jika dikerjakan secara berjamaah”. Bukan hanya liriknya yang tajam dan menyentuh. Namun, genre dan ritme alunan musiknya juga semangat. Tidak mendayu-dayu. Layaknya mengajak umat untuk bertindak optimis. Bukan nrimo/pesimis. 

               Itu soal Pepeling, beda lagi dengan mereka/orang yang memainkan lagu tersebut. Ia adalah Panjak. Yang selama ini selalu mendapat stigma negatif dari masyarakat. khususnya di daerah saya. Bagaimana stigma itu ? menjadi Panjak adalah sebuah kerendahan. Hidup tidak jelas dan penghasilan  pas-pasan. Hanya bersenang-senang dan menggoda Sinden. Bekerja dari malam hingga larut. Bahkan menjelang waktu shubuh. Tapi penghasilan tak sebanding. Singkat kata, menjadi Panjak itu simbol ketidaksuksesan.

 Lalu jika sudah begini, siapa yang mau jadi Panjak ? siapa yang melestarikan kebudayaan musik gamelan ? Bagaimana lirik lagu pepeling bisa dipahami anak cucu? entahlah. Tapi sebaiknya, kita pernah memegang alat musik gamelan itu.  Cukup dipegang, tak usah dimainkan. Karena jika pada waktunya, gamelan diakui bangsa lain. Setidaknya kita sempat memegangnya. Juga bercengkrama. (rif)

Komentar

  1. Saya teringat dengan kesenian jaranan yang ada di daerah saya. Kebanyakan orang agamis daerah saya menganggap jaranan itu salah satu kesenian yang tidak pantas. Karena syarat dengan "kerasukan" pada setiap penampilannya. Terlepas daei kerasukan beneran atau bohongan. Namun saya sudah menyentuh jaranan kok mas. Kalau direbut negara lain saya bakal bilang pertama kali "aku lho udah pernah foto foto jaranan dan tahu cara membuatnya" 😂😂😂

    BalasHapus
  2. hahah yang penting wes tahu ya Taqin. hehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer