Tol Jokowi
Pemerintahan Jokowi
cukup baik. Buktinya, minggu lalu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyampaikan
kepada Rosi di Kompas Tv. “ Indonesia menduduki peringkat pertama untuk Trust
And Confidence in National Goverment.”
Memang tidak semua
negara, yang ikut tersurvei. Hanya negara yang tergabung dalam Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD). Hasil survei itu dilakukan oleh
lembaga survei internasional di Amerika Serikat, yakni Gallup World Poll (GWP).
Fantastis, hasilnya Indonesia ranking tertinggi, untuk kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Sebagai bangsa, hal
ini tentu menjadi kebanggan tersendiri. Ya, bagi kita bangsa Indonesia. Bahkan
Indonesia lebih unggul dibanding dengan negara maju lainnya. yang tergabung
dalam OECD. Amerika Serikat, 30 persen. Inggris, 31 persen. Jerman, 55 persen.
Prancis, 28 persen. Indonesia sendiri mencapai 80 persen. Kemudian secara urut
diikuti lima negera lainnya. seperti Swiss, India, Luksemburg, Norwegia dan Kanada.
“Kepercayaan
terhadap pemerintah berhubungan kuat dengan dukungan masyarakat terhadap
kepemimpinan negera mereka. Saat pemerintah dipandang memiliki integritas moral
tinggi. cenderung masyarakat percaya,” ujar Sri Mulyani.
Tidak heran, bila
pemerintahan Jokowi mampu bermanuver cepat. Dan disegani rakyat. Pembangunan infraskruktur
yang begitu masif. Dan reformasi pelayanan birokrasi. Tentu, membuat rakyat
semakin simpatik dan segan. Jokowi bekerja layaknya pengusaha dan presiden
sekaligus, pencapaian pasti, terget jelas, efektifitas dan hasil nyata. Menjadi
pijakan kuat. Untuk membangun kesejahteraan, pemerataan dan kedaulatan rakyat.
Pembangunan
infrasktruktur kebijakan pemerintah Jokowi, satu ini. Membuat saya melirik soal
pembangunan jalan tol. Sebab, saya merasakan langsung dampak dari kebijakan
tersebut. Bukan karena saya menikmati jalan tol. Justru sebaliknya, merasa agak
dirugikan. Tepatnya di Kecamatan Rejoso dan Bagor, Kabupaten Nganjuk. beratus hektar, bahkan ribuan. Area persawahan
dilibas habis, disiapkan untuk jalan tol. Fungsinya jelas, agar perjalanan
masyarakat elite jadi nyaman dan terhindar macet. Lalu pikiran naif saya pun
muncul, meskipun ada biaya ganti-rugi dari pemerintah. Apakah iya, mereka
(petani) bisa mendapatkan area persawahan cukup ideal ?baik dari kontur tanah
maupun jarak tempuh dari rumah ke sawah. Entahlah.
Seperti yang
terjadi beberapa bulan ini, truk muatan silih berganti, melewati kecamatan
kami. Menuju ke lokasi pembangunan tol. Membuat jalan menjadi rusak parah. Yang
dulunya hanya bergelombang. kini aspal menjadi hancur dan pecah, lalu berwujud hampir
sama dengan tanah. Bahkan, tak jarang masyarakat sekitar area pembangunan tol. Atau
yang melewati area tol. Mengeluarkan umpatan kasar khas Jawa Timur. Jancok, Gathel. Tiap kali truk bermuatan
tanah urug itu lewat. Umpatan itu
juga bersarang pada benak saya. Dan ini yang membuat saya merasa agak
dirugikan.
Wajar sekali kami
mengumpat. Jalan yang biasanya bagus. Meski bergelombang itu. Memang jadi
aktifitas utama masyarakat, untuk pergi ke sawah. Atau pun akses menuju kota. Bila
kini jalan menjadi rusak dan hancur. Sudah pasti rasa jengkel itu meluap. Walaupun
kami tahu, tentu pemerintah bertanggung jawab dalam perbaikan jalan. Tapi kami juga
sadar, tidak mungkin ada perbaikan jalan sebelum pembangunan tol selesai.
Dalam konteks
pembangunan jalan tol seperti ini. Selalu saja,ada yang dikorbankan. Memang, masyarakat
kelas bawah harus tabah menerima kebijakan pemerintah. Toh, jika jalan tol
sudah rampung, meminjam kata
Jokowi. Masyarakat kelas bawah, pasti
amat jarang menikmati jalan tol. Bahkan nihil. Mereka hanya ingin bekerja untuk
keluarga. Dengan akses jalan yang layak. Tak apa meski bergelombang. Bukankah
itu juga kesetaraan ? sama-sama ingin nyaman dan mudah. Antara masyarakat elite
(terhindar macet) juga masyarakat bawah (akses ke sawah dan kota).
Nampaknya, kita
perlu juga mengerti. Bila pemerintah gencar memperbaiki infrasktruktur. Bahkan
membangun infrastruktur jauh lebih baik. Itu semua bagian dari komitmen
pemerintah untuk melayani rakyatnya. Entah kelas elite atau kelas bawah. Semua
wajib dilayani sesuai perundangan. Toh, kita juga tahu. Berkat manuver Jokowi.
Indonesia ranking pertama untuk tingkat pelayanan dan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah pada tahun 2016.
Tetapi, bicara tol
dan jalan rusak. sepertinya, Jokowi perlu bermanuver layaknya pengusaha lagi.
Deadline ketat, efektifitas waktu dan hasil maksimal. Karena pembangunan jalan
tol yang segera rampung berbanding
lurus dengan perbaikan jalan sekitar area tol. Bukan apa, supaya Jokowi tak
perlu dengar umpatan khas daerah kami muncul di media. (rif)
Komentar
Posting Komentar