Di Bawah Tugu Jaya Stamba



            Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. 
-Pramoedya Ananta Toer

            Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan fenomena menarik berkaitan dengan S-E-J-A-R-A-H. Danmencoba mengulasnya melalui tulisan ini. Sebelumnya mohon maaf lahir dan batin kepada pembaca. Apabila tulisan ini, tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Saya hanya ingin menyampaikan kegelisahan dan mengeluarkan apa yang ada didalam otak ini. Melalui opini ini, semoga bisa membakar ambisi dan semangat kawan-kawan. Untuk membangun Kota Angin lebih baik lagi. Karena saya yakin. Tidak ada harapan perubahan, kecuali ditangan pemuda

Bagi sebagian pemuda, mempelajari sejarah tentu menjadi kegiatan yang sangat membosankan. Bahkan, membuang waktu. Karena kita hanya dipaksa untuk menghafal dan menghafal. Hingga akhirnya, pengetahuan mengenai sejarah. Dianggap tak tepat guna dan fungsi.
            Yaa misalnya, saat kita belajar di sekolah dulu/sekarang. Kalian semua dipaksa untuk menelan mata pelajaran yang tidak reaslistis (nyata). Saya mencoba menyorot di mata pelajaran sejarah/ilmu pengetahuan sosial (IPS). Saat mata pelajaran tersebut diberikan, kita semua dihakimi untuk menghafal. Tentang kapan, dimana dan bagaimana suatu peristiwa itu terjadi. Memang itu tidak salah, tetapi pengetahuan yang diberikan seperti itu, bagi saya amat dangkal

Saya ingin bercerita tentang pengalaman saat sekolah dulu. Terutama terkait dengan mata pelajaran sejarah dan IPS. mungkin kalian juga mengalami hal yang sama. Sebenarnya, esensi belajar sejarah/ips bukan hanya  soal menghafal. Akan tetapi, jauh dari itu. Dalam belajar sejarah/ips. Kita semua diajarkan untuk mempelajari pola, makna dari suatu peristiwa penting.  Karena dengan begitu, kita akan mengerti dan bijak dalam bertindak dan berbuat untuk masa mendatang. Bukankah berpikir dan bertindak dengan bijak adalah ciri orang terdidik.

Yaaa, saya sempat berpikir betapa asyiknya, ketika mata pelajaran sejarah lokal daerah diberikan di sekolah. Misalnya saja dijelaskan mengenai sejarah Kota Nganjuk, Sejarah Gedung Juang 45, Sejarah Alun-alun Kota Nganjuk, dsb. Dengan begitu, rasa memiliki akan tumbuh pada jiwa anak muda. Karena mengetahui hal disekitar kita, jauh lebih berarti daripada jauh dari sekitar kita. Tentunya, tanpa menghilangkan materi-materi sejarah Nasional. Karena hal ini, juga penting untuk membangun kesadaran berbangsa sejak usia muda. Bahkan usia dini. Intinya, belajar sejarah/ips sebaiknya bukan hanya menghafal. Tetapi, lebih bagaimana cara memaknai.

Semua tentu ingat, pesan dari bapak pendiri bangsa kita, yakni Bapak Ir.Soekarno. beliau dalam pidatonya pernah berpesan, bahwa“Jangan Sekali-kali melupakan sejarah (JASMERAH)”. Ya, pesan itu terlihat singkat. Namun begitu bermakna.  Pesan itu yang seharusnya kita maknai dengan seksama. Karena orang besar tidak mungkin berpesan tanpa besar pengaruhnya.  Bahkan Bung Karno sendiri.  Ketika ingin membangun indonesia dengan sistem kesatuan. Beliau terinspirasi dari kisah kepahlawanan seorang Mahapatih Gadjah Mada dari Kerajaan Majapahit. Dalam kisah itu,Mahapatih Gadjah Mada berhasil menyatukan nusantara. Dan salah satu wilayahnya adalah Indonesia. Dari hal itu, Bapak Soekarno, bersikukuh membangun sistem pemerintahan Indonesia dengan sistem Kesatuan. Meski, berbeda suku, bahasa dan agama. Antara wilayah satu dengan lainnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya sebutan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itulah manfaatnya, mempelajari sejarah dengan memaknai. Tak Sekedar menghafal.

Berbicara sejarah. Tentu, tak lengkap tanpa menyinggung sejarah lokal daerah, yaknik Kabupaten Nganjuk.  Dari sekian banyak peristiwa bersejarah di Kabupaten Nganjuk. Salah satu yang menarik perhatian saya yaitu, Tugu Jaya Stamba. Ya, seperti diawal kita sepakati. Bahwa sejarah adalah tentang memaknai suatu peristiwa. Betapa bijaknya. Bila kita maknai bersama tentang berdirinya Tugu Jaya Stamba di Bumi Kota Angin ini.

            Bagi anda yang sudah tahu, belum tahu,bahkan yang tidak mau tahu sekalipun. Sedikit cerita mengenai Tugu Jaya Stamba.  Berdirinya Tugu Jaya Stamba.  Diawali dengan peristiwa peperangan antara Mpu Sindok bersama pasukannya melawan Pasukan dari Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa itu dipicu dengan pendudukan wilayah yang sekarang dikenal dengan (Nganjuk). Serangan yang digencarkan pasukan Kerajaan Sriwijaya. Membuat pasukan Mpu Sindok kewalahan.  Tak disangka masyarakat yang mendiami wilayah tersebut, membantu berperang melawan Pasukan dari Kerajaan Sriwijaya. Dan berakhir kemenangan. Berbalik, pasukan Kerajaan Sriwijaya justru kalah dalam perang itu. Pendudukan wilayah pun tak terjadi. Karena perang dimenangkan kubu Mpu Sindok. Dari peristiwa inilah,Sri Maharaja Mpu Sindok Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa atau dikenal Mpu Sindokitu. Memerintah untuk mendirikan Tugu Kemenangan (Jaya Stamba) didaerah Nganjuk. Hal ini, sebagai wujud ungkapan rasa terima kasih. Karena telah dibantu dalam peperangan tersebut. Sehingga masyarakat diberikan otonomi dan dibebaskan dari pajak. 

            Berdirinya Tugu Jaya Stamba merupakan peristiwa luar biasa bagi masyarakat Nganjuk. Karena peristiwa itu adalah tanda keberhasilan dan wujud rasa kesatuan dari masyarakat Nganjuk pada tempo dulu. Ada makna/hikmah tersirat dari persitiwa itu. Sehingga  sebagai pemuda, kita  harus mengambil pelajaran dari persitiwa tersebut. Diantaranya:  (1) sikap gila kekuasaan selalu berujung kekalahan. Seperti yang dialami pasukan dari Kerajaan Sriwijaya. (2) pada masa itu, masyarakat Anjuk Ladang sudah memiliki jiwa pemberani, rela berkorban, pantang mundur dan (3) dengan rasa bersatu dan semangat pantang menyerah, kita bisa meraih kemerdekaan (kebebasan). Seperti halnya, masyarakat Anjuk Ladang mendapat tanah perdikan (bebas pajak). Karena telah membantu Mpu Sindok, perang melawan pasukan Sriwijaya.

            Diawali dengan peristiwa berdirinya Jaya Stamba. Peristiwa bersejarah lainnya turut mengikuti. Mulai dari:  (1) perjalanan gerilya Jendral Soedirman; (2) Monumen Dr.Soetomo salah satu pendiri Boedi Oetomo. Dan sempat tinggal di daerah Kabupaten Nganjuk; (3) Air merambat roro kuning, yaknitempat bersemedi Dewi Kilisuci dari Kerajaan Kediri dan  (4) meninggalnya pahlawan buruh perempuan yaitu Marsinah. Dengan mengerti sejarah lokal daerah. Rasa memiliki dan kebanggan akan tumbuh di jiwa pemuda.

            Sehingga, jika kita mengaku pemuda asli Kota Angin. Sifat optimis, berani dan bersatu. Harus segara kita tanamkan dalam diri, mulai sekarang. Karena dengan itu, kita telah menghargai para leluhur kita. Selain itu, dengan terus berkarya dan berprestasi adalah bukti nyata kalian terhadap tanah yang membesarkan kalian, yaitu Anjuk Ladang. Seperti kalian ketahui, Anjuk Ladang berarti  Tanah Kemenangan. Artinya, kita disini sudah ditakdirkan menjadi pemenang bukan pecundang. Tidak lupa, sikap saling berbaur, bersatu dan bersama-sama berkegiatan positif  harus membudaya di Tanah Kemenangan ini yaa Kawan.

Sudah menjadi tugas kita bersama, untuk selalu berkaca dan memperbaiki generasi. Masa depan tentu bukan milik orang tua. Tetapiberada digenggaman pemuda. Terus belajar,berdiskusi, berkumpul dan berkarya merupakan tugas setiap anak muda. Tanpa anak muda, Indonesia tak akan Merdeka. Semangat anak muda harus berapi-api dan berkobar-kobar. Jika bangsa ini tak ingin buyar.

Seorang anak muda harus mampu berdiri dipundak para terdahulu. Karena hanya dengan itu, kita mampu melihat jauh kedepan. Seperti yang dikatakan oleh Issac Newton, pernyataanyang pernah saya baca. Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, bunyinya seperti ini“kalau aku bisa melihat lebih jauh, itu karena (aku) berdiri dipundak para raksasa”.

Di Bawah Tugu Jaya Stamba,  Bunga prestasi dan karyamu-lah yang harus selalu ada....
-Putra Jaya Stamba-
           
           
           


Komentar

Postingan Populer