Kenang Kota Angin



            Lahir di kota sepi nan damai, tentu menjadi impian setiap orang. Namun, berbeda jika impian itu ditujukan bagi anak muda. Jiwa yang penuh ambisi, impian tiada batas, ego selangit dan haus akan tantangan. Nampaknya, kota sepi dan damai. Tak cocok bagi naluri mereka, kaum muda. 

            Kota Angin, begitu masyarakat akrab menyebutnya. Meski tak layak disebut Kota. Dan lebih tepat disebut Kabupaten. Daerah yang terdiri dari 20 kecamatan ini. Mempunyai sejarah perjuangan yang patut dipopulerkan. Terutama untuk menambah pengetahuan bagi golongan anak muda. Karena masih banyak diantara kita, belum tahu seluk-beluk mengenai sejarah Kabupaten Nganjuk.

            Menurut informasi yang saya himpun. Sejarah Kabupaten Nganjuk, diawali dari perjalanan Mpu Sindok. Dia merupakan putra dari Raja Wawa dari Kerajaan Mataram Kuno terakhir. Dalam perjalanan Mpu Sindok bersama Pasukannya. Tiba-tiba ditengah perjalanan. Pasukan dari Kerajaan Sriwijaya menyerang Mpu Sindok. Penyerangan ini, dimaksudkan untuk mengalahkan Mpu Sindok dan pasukannya. Dengan harapan, ketika berhasil menyerang dan mengalahkan Mpu Sindok. Daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya semakin luas. Suatu takdir atau semata hanya kebetulan. Serangan yang digenjarkan oleh pasukan Kerajaan Sriwijaya kepada Mpu Sindok tersebut. Berlangsung, tepat di daerah (sekarang: Nganjuk). Peperangan itu hampir dimenangkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Akan tetapi, dengan bantuan masyarakat (sekarang: Nganjuk). Pasukan Kerajaan Srwiwijaya pun kewalahan dan kalah dalam peperangan perebutan daerah kekuasaan tersebut.

            Kemenangan perang itu, membuat Mpu Sindok memberikan sebuah penghargaan kepada masyarakat (sekarang: Nganjuk). Karena berkat jasa dan perjuangan mereka. Mpu Sindok dan pasukannya berhasil mengalahkan Kerajaan Sriwijaya. Dan daerah (sekarang: Nganjuk) tidak berhasil diambil alih oleh Kerajaan Sriwijaya. Penghargaan itu berupa tanah perdikan, artinya tanah yang bebas dari pajak. Jadi, masyarakat diberikan kebebasan untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri. Kemudian peristiwa ini, ditandai dengan berdirinya tugu Jaya Stamba (Tugu Kemenangan). Di prasasti tersebut, terdapat beberapa perintah Mpu Sindok untuk mengelola dan menata daerah dengan sebaik-baiknya.

            Berawal dari peristiwa inilah, nama Anjuk Ladang disepakati oleh masyarakat. Karena nama Anjuk Ladang memiliki arti, yaitu Tanah Kemenangan. Hal ini dimaksudkan, sebagai penanda bahwa dahulu leluhur meraih kemenangan perang di tahan suci ini.  Seiring dengan berjalannya waktu. Nama Anjuk Ladang mengalami penyusutan, menjadi Nganjuk. yaa, begitulah leluhur kita. Hal susah selalu dibuat lebih mudah. 

            Daerah Nganjuk dulunya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Nganjuk sendiri, Godean (Pace) dan Kertosono. Pada awalnya pusat pemerintahan berada di Kecamatan Berbek. Seiring perkembangan jaman, Pusat Pemerintahan digeser menuju ke Daerah Nganjuk sendiri. Tepatnya di Desa Mangundikaran, Kecamatan Nganjuk. Hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan kondisi strategis jalur perdagangan pada waktu itu. Perpindahan Pemerintahan itu terjadi pada tanggal 21 agustus 1980 sampai sekarang.

            Perlu anda ketahui. Bahwa, Mpu Sindok merupakan cikal bakal pendiri Kerajaan yang ada di Jawa Timur.  Dari Mpu Sindok, munculah keturunannya yaitu Raja Airlangga (menantu Mpu Sindok). Kemudian turun ke Raden Wijaya dari Kerajaan Majapahit. Kemudian Kerajaan Demak dan pecah menjadi dua bagian. dan akhirnya bersatu menjadi Mataram Baru dibawah Sultan Agung. kemudian terpecah kembali akibat politik adu-domba Belanda menjadi Surakarta dan Yogjakarta.  Tidak cukup sampai disitu, terpecah kembali menjadi daerah Kesultanan dan Pakualaman. Daerah Nganjuk kebarat itu mengikuti adat Jawa Tengah. Hal ini dibuktikan dengan budaya bahasa yang perkembang di masyarakat. Seperti: He’eh, Piye, Cah, Iyo-to dsb.

Sumber: Pak Amin Aminudin
(Kepala Seksi Sejarah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Nganjuk)
1.       

Komentar

Postingan Populer