Indoktrinasi Pak Lurah



Satu pekan lagi, Desa Pangapuro punya hajat besar, 'Nyadranan'. Biasanya orang lain menyebutnya 'Bersih Desa'. Nyadranan bertujuan memperingati hari dimana lahirnya sebuah desa. Sekaligus selametan supaya masyarakat desa lebih bahagia dan sejahtera

Jauh hari, masyarakat telah menyambut nyadranan dengan suka cita. Mengadakan lomba-lomba khas pedesaan; Penek'an Debok, Penek'an Jambe, Bal-balan antar dusun, Voli antar dusun.

Tak ketinggalan juga, lomba anak-anak pun juga dihelat. Seperti lomba balap karung, makan kerupuk gantung dan mencokot koin yang tertancap pada buah semangka

Karena Lurah Desa Pangapuro cukup kaya, awehan dan murah hati. Orkes, elekton, tayub hingga walimahan. Juga ikut didatangkan demi perayaan Desa Pangapuro itu.

Masyarakat sungguh euphoria dengan acara seperti itu. Maklum, mereka sudah puasa hampir 12 tahun. Dan tak lagi menikmati acara kerakyatan macam begitu.

Sebab, lurah sebelumnya tak sudi mengadakan acara yang begituan. Bukan karena tak ada dana. Tapi dana dikemplang habis untuk memenuhi syahwat dan hajat berlebihan hidupnya itu.

Kemana larinya dana yang dikemplang? Kemana lagi syahwat ditumpahkan? Lokalisasi, lokalisasi dan lokalisasi.

Beda dengan Lurah yang baru terpilih selama dua tahun ini. Ia terdidik, fasih membaca kitab suci agama Islam dan terkenal sumeh pada masyarakat.

Belum lagi, seluruh masyarakat Desa Pangapuro sudah paham track record keluarga besar Pak Lurah. Orang tuanya adalah seorang pengusaha ayam broiler, mebel, dan pengepul bawang merah. Sedangkan mertuanya adalah pemilik toko bangunan terbesar satu kecamatan.

Tentu masyarakat Desa Pangapuro sudah ndak nutut memikirkan pundi-pundi harta kekayaan Pak Lurah sekeluarga.

Masyarakat kebanyakan hanya ingin lurah terpilih bisa memberikan hiburan, hiburan dan hiburan. Sebagai pelipur penat setelah mereka bekerja kelewat keras.

Jadi buruh tani, buruh mebel, pengasak padi, tukang bangunan, tukang listrik, tukang gali sumur sampai tukang gali kuburan.

Masyarakat yang euphoria dengan acara gebyar macam orkes, elektun dan lainnya memang sulit dikendalikan nalarnya. Mereka sekedar memburu kesenangan. Cuma melihat apa-apa yang muncul ke permukaan. Tidak melihat apa yang tersembunyi ke dalam permukaan.

Inilah yang mengusik pikiran dan analisa seorang Bima, anak muda asal Desa Pangapuro yang sedang menempuh studi Ilmu Politik ke kampus terbaik se Jawa-Bali.

Ia hampir dua minggu gayeng di rumah. Selama itu, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika Desa Pangapuro pelan-pelan telah berubah. Berubah menjadi sesak. Karena banyak sawah yang dipijaki rumah-rumah.

Ia juga sinis dengan acara yang dihelat oleh pemerintah desa. Apalagi ia paling sinis jika kedua orang tuanya mengagung-agungkan Pak Lurah yang sekarang.

Bagi Bima, hal itu sudah biasa. Sudah sewajarnya. Juga sudah jadi kewajiban seorang pemimpin desa untuk membahagian rakyatnya dengan giat acara. Toh, itu juga dari uang rakyat. Bima tak percaya jika Pak Lurah tulus menghibahkan pundi-pundi kekayaannya untuk rakyat

"Kegiatan lan acara-acara ngeneki wis dadi kewajibane pemerintah desa, Buk. Wong ya desa oleh gelontoran dana desa sakdabrek. Piro kae, sak milyar lek ora salah" terang Bima ke Ibunya

"Lah tapi biyen-biyen ora tahu lo, Le. Desone awakdewe ngadakno acara ngene iki. Berarti kan memang jossss to Pak Lurah saiki !"

"Halah aku pancet biasa wae. Kerono wi wes kewajibane. Aku wae saiki malah miris delok sawah-sawah do entek. Kabeh dadi omah-omah"

"Lah terus karepmu piye, Le?"

"Yo karepku Pak Lurah biasa wae, ora usah pencitraan lewat kegiatan-kegiatan. Terus nampang nang setiap kegiatan. Padahal acara iku ya teko duite masyarakat !"

"Eh...ora pareng prasangka elek ngnu kuwi, Le"

"Kuwi fakta kok, Buk!"

"Wes...wes... kono ndang Magriban sek. Pikiranmu ben resik"

Bima pun mandi, lalu sholat magrib. Seusai sholat, ia keluar membeli mie ayam ke Warung Mbok Parlik.

Ia makan mie ayam di Warung Mbok Parlik. Ketika ia makan mie ayam, ia terus mendengar slentingan dari masyarakat jika Pak Lurah memang hebat dan baik.

Hampir setiap orang yang beli mie ayam dan andok di warung. Ngerasani kehebatan Pak Lurah mengadakan acara-acara dan perlombaan-perlombaan selama menyambut Nyadranan tiba.

Bima mempercepat makan mie ayamnya, lalu buru-buru membayar dan undur diri dari Warung Mbok Parlik. Sebab ia sudah muak dengan kata-kata dan pujian-pujian rapuh dari masyarakat desa kepada Pak Lurah.

Ia berpindah ke rumah Akik. Dia tahu disana pasti banyak anak-anak muda Desa Pangapuro berkumpul.

Setiba di rumah Akik. Bima langsung disambut kerumpulan anak muda yang sedang duduk melingkar. Kepala mereka menunduk melihat layar smartphone yang terpegang kedua tangan dalam keadaan miring.

"Halaaah !! Nge-game kabeh. Wasem og" kalimat pembuka Bima begitu sampai di rumah Akik

"Halo bos ! Nyantaiii sek ya. Urip ki yo ngeneki, lossss nge-game !" Sahut Akik tanpa melihat wajah Bima

"Halah game ki taek. Pembodohan kuwi. Penjajahan anyar kuwi ben awakmu kabeh do males"

"Woalah piye neh, Pak Bos. Penak lo nge-game ki" sahut Ucup

"Piye...piyee....Pak ? Mari ko ngendi awakmu kimau ? " tanya Akik lalu menaruh ponselnya.

"Mari tuku mie ayam nang Mbok Parlik iki mau. Waahh !!...tapi enek sing garai aku ra mood. Mosok kok kabeh ngapik-ngapiki Pak Lurah. Goro-goro menyambut Nyadranan acara-acara hiburan sering diadakan"

"Iyo to ? Heleh Lek aku sih biasa wae. Mikirku paling iku ya gawe duite deso. Mosok gelem Pak Lurah hibahne duite. Opo ra golek balen. Mari entek-entekan duite gawe maju calon lurah kae." Terang Akik

"Lah iyoo ta. Bener omongmu, Kik!"

"Mosok ngnu to !! Ngiroku kok apik to Lurah anyar sing iki" jelas Ucup agak ngotot.

"Iyo wong kowe anggota Karang Taruna 'Ngabekti'. Kodo lek kowe ngelawan Pak Lurah !" Sindir Akik

"Woalah kowe anggota Karang Taruna to, Cup ?"

" iyo, Pak. Lah piye diajak kok. Yawes aku manut wae. Itung-itung karo ngisi kegiatan. Mosok sakmbendino nang sawah wae yo mumet aku. Melu karang taruna misiku ki ben iso caper nang cah wedok-wedok kok." Jawab Ucup

"Yee...bocah koplak kowe wi ancene. Kowe wi pantese dadi tukang ngedos pari, Le !" terang Akik lalu ngakak.

Seusai itu, semua ikut ngakak mendengar sindiran Akik kepada Ucup.

"Oiyo...lali aku. Mari iki cah'cah Karang Taruna 'Ngabekti' arep enek rapat karo Pak Lurah ndek omahe Pak Lurah. Melu piye Mas Bim ?"

"Kono meluo, Bim. Ben eroh kowe, piye wi isine rapat karo Pak Lurah. Sopo ngerti awakmu iso wenei masukan nang cah-cah karang taruna !"

" Emoh...males aku. Aku ra enek cita-cita urip nang deso iki kok sokmben. Wes...ben urusane Ucup karo cah-cah wae ngeramut deso iki"

" Lah ! Yo percuma kowe gembar-gembor ngelek-ngelek Pak Lurah lek kowe wae ra gelem rewang lan urun rembug" ujar Akik

"Lah iyo...jo ngomong tok sampeyan, Mas Bim !"

" Wes ajaken Bima kuwi Cup !" Perintah Akik ke Ucup.

Bima pun terbakar emosi. Ia pun memutuskan ikut rapat bersama Karang Taruna 'Ngabekti' dengan Pak Lurah, Malam itu.

Setiba disana, Bima terlihat canggung. Tapi ia tetap memaksakan diri agar terlihat tatak menemui Pak Lurah.

Seorang Ucup juga berharap, jika Bima nantinya bisa menyampaikan gagasan-gagasan menarik dalam forum. Atau kritik membangun ala intelektual kepada penguasa.

Sebelum rapat dimulai. Para anggota Karang Taruna 'Ngabekti' dipersilahkan untuk menyantap hindangan yang telah disiapkan oleh Pak Lurah.

Hindangan prasmanan tertata rapi. Lauknya juga enak-enak. Ada soto ayam, sate ayam, sate kambing, nasi pecel hingga kulupan ayam pedas manis. Dan tak lupa, Pak Lurah juga telah menyiapkan empat bungkus rokok.

Rapat dimulai, Pak Lurah menyampaikan ide dan rincian biaya untuk pelaksanaan kegiatan puncak acara Nyadranan. Pak Lurah juga meminta agar dalam rundown acara, nantinya ada video berdurasi agak panjang yang berisi tentang pencapaian-pencapaian Desa Pangapuro selama dua tahun ini.

Semua anggota Karang Taruna 'Ngabekti' bersepakat dengan arahan ide Pak Lurah. Bahkan secara tegas dan sigap mereka mengatakan ke Pak Lurah dengan nada penuh loyalitas.

"Siap Pak. Aman kalau soal video, Pak"

"Iya Pak, gampil niku. Aman to cah ?"

"Iyo aman"

"Aman wes. Gas tok"

"Aman"

Pak Lurah tersenyum penuh wibawa. Mendengar jawaban seperti itu. Spontan, Pak Lurah mengucapkan terima kasih kepada Karang Taruna 'Ngabekti'. Karena telah bersedia membantu suksesnya acara puncak Nyadranan kedepan.

"Matur suwun kagem sedoyo anggota Karang Taruna 'Ngabekti'. Mugi-mugi acara puncak Nyadranan sukses nggih" doa Pak Lurah

Semua anggota Karang Taruna 'Ngabekti' menjawab "Amin"

"Bagaimana masih ada masukan ?" Tanya Pak Lurah sebelum rapat berakhir

Beberapa anggota karang taruna saling tatap satu sama lain. Lalu reflek menggeleng-gelengkan kepala. Dari sisi lain, Bima hanya terlihat manggut-manggut penuh senyuman

Melihat tak ada tambahan atau masukan dari karang taruna. Pak Lurah segera menutup rapat. Berpindah tempat untuk rapat dengan perangkat desa di Balai Desa Pangapuro.

Sepulang rapat, Bima dan Ucup mampir lagi ke rumah Akik. Sampai disana drama pembicaraan kembali terjadi

"Piye hasile rapat gawe acara penutupan Nyadranan maeng ?" Tanya Akik spontan ketika melihat Bima dan Ucup datang ke rumahnya lagi

"Aman, Mas Akik. Aku karo cah-cah arep gawe video isine tentang pencapaian Desa Pangapuro selama ini. Piye sangar to Mas tugasku ?" jelas Ucup

"Lah alah. Kuwi ngunu pencitraane Pak Lurah, woo...cah cengoh ! Manut wae" tandas Akik

"Lah mosok to. Iyo ta Mas Bim ? Bener omongane Mas Akik ?"

"Iyo bener ngunu kuwi pancen" jawab Bima datar

"Lah ngunu sampean mau pas rapat meneng wae. Gak gelem memberikan masukan lo Mas !" Tagih Ucup

"Lahhh !! Bima mek mbisu to pas rapat kuwimau ?" Tanya Akik ngotot

"Iya, Mas" sahut Ucup

"Yoalaaaahhh Bim, Bima. Ra sumbut karo omonganmu lan kritikmu kowe. Wong kowe sing kuliah wae ra iso motong ide sing diomongne Pak Lurah. Opo maneh cah-cah ngeneki, Bim ! " jelas Akik

"Yoweslah...brarti pancen tondone ora usah mikirne Pak Lurah lan liyan-liyane. Sing penting saiki ayo maen game maneh. Battle yo ! " tambah Akik

"Hahaha...siap Mas. Ngene wae damai yo Mas Kik" sahut Ucup

Bima tak menggubris sindiran Akik. Bahkan juga tak peduli mereka main game lagi. Bima terdiam. Ia termenung, lalu menghisap rokoknya dalam-dalam. Agaknya ia terbunuh dengan keangkuhannya sendiri. Menang cocot ora tandang. 

Komentar

Postingan Populer