Niat Baik




Dua sahabat saling berbalas pesan di Whatsapp. Mungkin awalnya sederhana. Tapi lama kelamaan jadi lebih serius, lalu serius, lebih serius dan berakhir tidak mulus...begini isi pesannya;

[17/19,11.20] Rana: "Eh, Don. Kamu pernah ngalamin gak sih, punya niat baik malah berakhir tidak baik ?"
.
.
[17/19,11.20] Doni: "Tumben kamu WA aku, Ran ! Ahah. Hmmh...pernah sih, eh malah beberapa kali. Kenapa emang ? Punya masalah sama 'harapan' ya ?"
.
.
[17/19,11.21] Rana: " haha. Sorry Don. Lagi sibuk banget nih. Aku lagi prepare pindah kerja soalnya. Aku udah gak di Semarang. Mulai minggu depan aku stay di Surabaya....Enggak sih, cuma aku kepikiran itu aja. Soalnya ya ngalamin. Awalnya aku berniat baik, eh kebelakang malah hal buruk yang terjadi. Nah, bingung kan ya dirimu ! Hahaha. Kenapa hal seperti ini terjadi. Padahal niatku udah baik lo !"
.
.
[17/19, 11.22] Doni: "Halah alesan...jujur aja kalo ke aku itu. Karena ya udah ketebak, pasti dirimu ada masalah. Kalau tetiba WA dan bahasannya agak filosofis gini. Ya kan, Ran ? Jujur...kwkwkw"
.
.[17/19, 11, 22] Rana: "haha...emang dirimu sahabat terbaeeeekkk, Don. Mudah paham sama apa yang kurasain. Haha. Ya iya sih, intinya, kenapa ya niat baikku tidak mendapatkan balasan semestinya. Padahal, semua kan katanya bergantung niat ya. Nah niatku udah baik lo padahal. Kok hasilnya gakbaik sih. Oiya, menurutmu ini salahnya dimana atau apanya ya ? "
.
.
[17/19, 11.24] Doni: "halah. Tapi kamu ndak pernah paham perasaanku ! Wkwkwk...Ooo. iya, aku pernah mengalami hal yang kamu alami, Ran. Itu wajar aja sih"
.
.
[17/19,11.24] Rana: "Maksudmu tentang perasaanmu itu gimana, Don ? Wajar gimana sih, Don ? Duhh...lemot nih aku."
.
.
[17/19,11.25] Doni: "Eh... lupakan, Ran. Hahaha...ya wajar, karena kita acapkali punya ekspektasi atas apa yang kita lakukan. Bahkan niat kita kadang masih punya tendensius kan ?"
.
.
[17/19,11.25] Rana: "Don, jangan berat-berat dong bahasamu. Haha. Intinya kalau aku punya niat baik. Terus berakhir tidak baik. Itu yang salah dimananya ? Atau apanya gtu lo Don !"
.
.
[17/19,11.26] Doni: "Duhh...fokus sama pesan WA'ku dong makanya. Gini lo ya intinya. Kalau dari pengalamanku. Inti kesalahan itu pada diri kita. Bukan pada niatnya. Niat itu netral. Tapi kalau niat kita ataupun diri kita itu kan pasti punya kecenderungan. Ya termasuk memaknai 'niat baik' itu kecenderungannya kemana ? Atau apa ?"
.
.
[17/19,11.27] Rana: " Oke. Lalu, Kita salah gitu ? Terus segera sadar dan perbaikan diri gitu ? Atau gimana ?"
.
.
[17/19,11.27] Doni: "iya, tapi tidak ngejugde diri sampai segitunya juga. Tapi perlu kita koreksi atau mengkonfirmasi ulang tentang 'niat baik' itu sendiri. Karena, terkadang kita bisa terjebak pada niat baik yang bersifat subyektif. Ya niat baik menurut versi kita sendiri. Belum menyentuh ke ranah yang lebih manfaat atau umum. Jangan-jangan niat baik yang kita maksud itu, hanya sebuah persepsi personal kita ? Semacam pemuasan pengakuan melalui lubang niat"
.
.
[17/19,11.28] Rana: "ummmmh...Eh tapi, Bagaimana mengetahui bahwa batasan 'niat baik' kita itu sekedar persepsi "
.
.
[17/19,12.01] Doni: "Mbb Ran. Aku barusan dari toilet. Hehe. Oiya, aku pernah mendiskusikan hal ini dengan temenku. Jadi katanya begini, 'batasan baik yang netral dan kurang netral itu terletak pada ego dan ekspektasi. Itu bisa dicek atau diukur. Jadi, misalkan kamu berbuat baik disebabkan emosional; kasihan, perasaan dan supaya blaa...blaa... itu kamu mesti kudu hati-hati. Karena jangan-jangan ini bukan niat baik. Ini hanya sekedar keinginan berbuat baik versi kamu. Dan itu adalah niat baik yang belum netral
.
.

[17/19,12.03] Rana: " ooohhh gitu ya...eh btw, masak ada ya, orang berbuat atau berniat baik tanpa keinginan atau motif ? Kan mesti ada dikit-dikit, Don "
.
.
[17/19,12.03] Doni: "motif atau apapun namanya, hal itulah yang buat kamu merasa 'niat baik kok tidak berakhir baik'. Sebab niatmu telah menyamar jadi keinginan. Ya, namanya keinginan kan kerap melahirkan harapan, tiap harapan yang ndak tercapai itu melahirkan persepsi yang salah"
.
.
[17/19,12.04] Rana: " Nah, aku kok makin ndak mudeng ya Don ?"
.
.
[17/19,12.06] Doni: "Kalau kamu ingin berbuat baik. Yaudah kamu lakukan saja. Bukan atas dasar keinginan tapi keyakinan. Yakin perbuatan baik mesti dilakukan. "
.
.
[17/19,12.06] Rana: "Jadi maksudmu apakah selama ini, niatku masih dikendalikan oleh keinginan ya ketimbang keyakinan?"
.
.
[17/19,12.08] Doni: "aku tidak menuduhmu. Bisa jadi seperti itu. Tapi hal itu juga pernah aku alami. Karena tiapkali aku berniat baik dan kebetulan hasilnya malah tak berakhir baik, aku marah-marah tidak jelas. Ya akhirnya aku tafakuri. Akhirnya nemu, ohh... memang selama ini niat baikku masih standar keinginan. Belum sampai pada keyakinan. Niat baikku ternyata masih untuk egoku."
.
.
[17/19,12.09] Rana: "Oo...bener juga sih Don. Kayaknya niat baik versiku itu masih sebatas versi niat baik keinginan. Belum menyentuh pada keyakinan."
.
.
[17/19,12.09] Doni: "jika kita bedakan itu macam gini, pertama; 'aku punya keinginan pergi ke Jerman' dan
Kedua; 'aku berkeyakinan bisa pergi ke Jerman'. Nah, dua contoh itu, mana yang membuatmu lebih tenang dan bahagia ? Nah mestinya niat baik itu outputnya bahagia. Kalu belum bahagia, mungkin ada yang kurang pas...dimana itu? Tugas kita mencari tahu. "
.
.
[17/19,12.10] Doni: "Eh Ran...."
.
.
[17/19,12.11] Doni: "Rannn..."
.
.
[17/19,12.14 ] Doni: "Wah wah wah...tidur kayaknya ini bocah...Ran....Ran..."
.
.
[17/19,12.] Doni: "Selamat istirahat deh Ran. Byee..."



Komentar

Postingan Populer