Hikmah Ketidaktahuan




Baruno, itulah nama pendek sekaligus nama panjang pria kondang di desa saya. Baruno kondang karena kepiawaiannya berburu hewan di hutan, sebagaimana hewan di hutan--di desa kami menyebutnya "kewan alas", jenis-jenis hewan yang kerap dibopong Baruno ketika pulang dari hutan adalah celeng, kidang, nyambek, dll. Saya menulis dan lain-lain karena nama hewan yang dibopong Baruno terkadang kurang bisa diterima telinga orang abad 21, misalnya saja, Sliro. Apa itu Sliro ? Saya belum cukup mampu mendeksripsikannya--biasanya Gogel fasih mendeskripsikan hewan nyeleneh-nyeleneh begini, namun kali ini saya enggan bertanya kepadanya, apa itu Sliro ?

Baruno memang passionate dalam hal berburu hewan di hutan, dia tak pernah mengklasifikasikan hewan haram dan halal, sebab yang ada dalam pikirannya hanya berburu. Nah, dari berburu ini dia akan menjual daging hewan buruannya ke masyarakat sekitar, yang mau dan sudi membeli--kalau sekedar mau dagingnya tapi enggan membeli, Baruno tidak melayani. Setelah dewasa, saya pikir Baruno memang cukup konsisten membangun narasi "ada barang-ada uang"--rispek, bos !

Daging hewan hasil buruan Baruno yang paling primadona adalah daging kidang--sejenis rusa Jawa kayaknya. Jika Baruno pulang dari hutan membawa kidang, saat itu pula Baruno naik trending di desa saya. Desas-desus berseliweran cepat sekali, sebabnya kabar tersebut telah menjebol sekat-sekat antar dusun. Di saat seperti itulah, rumah Baruno langsung di serbu warga mirip pembagian sembako--sebab warga yang usai membeli daging tersebut, menenteng kresek hitam ukuran sedang yang di dalamnya ada potongan daging kidang. Tapi semua itu dulu, saat saya masih duduk di bangku SD--mau menginjak ke SMP. Kini Baruno telah berusia senja, paling pol dia kalau ke hutan hanya berburu entong--itu pun sebenarnya bukan berburu, sebab tinggal 'nyoggrok' di daun jati.

Bicara soal daging kidang, Gogel--yang sahabat saya itu--pernah mencicipi olahan daging kidang dengan racikan bumbu khas desa saya. Kebetulan waktu itu Gogel main ke rumah saya, karena saya tidak ada di rumah, dan malam mingguan di rumah teman saya, akhirnya saya meminta Gogel untuk gabung saja ke rumah teman saya. Dia menyanggupi.

Tiba di lokasi, teman saya yang bernama Ardi menyapa Gogel dan menawarinya untuk mencicipi olahan daging kidang. Tanpa pikir panjang, Gogel seketika nempil sekali, dua kali, tiga kali sampai empat kali--sepertinya dia nyemos sekali. Karena saya tidak suka daging kidang, dan juga tidak memakannya, saya penasaran dan tanya ke Gogel, " Daginge enak, Gel ?"

"Enak banget, Pak !" Jawabnya singkat. "Niki daging nopo, nggih, Mas ?" Tanya Gogel ke tiga sahabat saya yang sedang duduk di dekatnya, " Daging kidang, niku, Mas" Sahut Ardi, dan teman saya lainnya hanya tersenyum ke Gogel.

"Monggo kalau purun maleh, Mas" Ardi menawani lagi ke Gogel.

Tanpa basa-basi Gogel menempil daging kidang itu lagi dan memakannya-- ia terlihat lahap sekali.

Perkara terjadi ketika Gogel tiba-tiba ijin kencing di rumah Ardi. Ardi menunjukkan arah ke kamar mandi. Gogel yang kebelet kencing langsung menuju ke kamar mandi. Begitu Gogel berjalan ke kamar mandi dan terdengar suara pintu tertutup, Ardi dan tiga teman saya seketika tertawa terpingkal-pingkal dan jingkrak-jingkrak

Saya tanya, " Woe, enek opo, sih ?"

" Sing dipangan Gogel iku daging asu, Pak !"

Saya bengong, mak cep, lalu ikut tertawa jempalikan--Tetapi, sebenarnya, saya pun tidak tahu bahwa yang di makan mereka dan termasuk Gogel adalah bukan daging kidang--melainkan daging asu.

Gel, gel ~

Komentar

Postingan Populer